Akantetapi seorang penuntut ilmu memiliki tata cara dan aturan dalam mencari ilmu yang dikenal dengan Dari kisah Nabi Musa yaitu saat menyampaikan maksud bahwa beliau hendak ikut kepada Nabi Khidir dengan kalimat هل أتّبعك (bolehkah aku mengikutimu) memberikan sebuah teladan baik sebagai bentuk adab kepada seorang guru.
Diantara rintangan dalam menuntut ilmu agama adalah kurangnya kesabaran serta ingin segera memetik hasilnya. Menuntut ilmu butuh ketekunan yang semangat agar tidak bosan dan bersiap diri menghadapi berbagai Syihab Az Zuhri rahimahullah berkata “Barang siapa yang mempelajari ilmu langsung sekaligus dalam jumlah yang banyak, maka kan pergi darinya ilmu yang banyak, dan ilmu-ilmu hanya dicari selama berhari-hari dan bermalam-malam” Riwayat Abdul Barr dalam Al Jami, I/431.Kisah-kisah indah para imam dan ulama di bawah ini semoga mengukuhkan semangat kaum muslimin untuk semangat menuntut ilmu agama. Kisah yang penuh antusias, pantang menyerah, dan sangat mengharukan yang semuanya berbuah manis. Abdullah bin Dawud berkata “Aku masuk kufah untuk mencari ilmu dan hanya memiliki satu dirham. Aku membelikannya 30 mud ful sejenis kacang lalu memakannya sambil menulis kitab Al Asyaj Abdullah bin Sa’id Al Kindiy setelah aku habis memakannya aku telah menulis 30 ribu hadits yang maqthu atau mursal.” Tadzkiratul Huffazh, II/768.Sungguh menakjubkan perjuangan dan kuatnya kesabaran mereka untuk mencari ilmu syar’i, menulisnya, dan mempelajarinya sehingga mereka menguasainya dengan baik. Semua butuh keikhlasan niat, bekal materi, semangat membara, dan juga fisik perlu ditempa agar tahan menghadapi berbagai rintangan saat mencari bin Masud berkata “Tidaklah turun satu ayat kecuali aku tahu tentang apa ayat itu diturunkan, jika aku mengetahui ada seseorang yang lebih tahu tentang kitab Allah maka aku akan menyiapkan unta dan perbekalanku untuk menjumpainya.” Rihlah li tholabil Hadits, Khatib Al Baghdadi, hlm. 65, Darul Kutub Al Ilmiyah.Senada dengan kisah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu sahabat lain pun sangat bersemangat mengejar ilmu syar’i. Abu Darda radhiyallahu’anhu berkata “Seandainya saya mendapatkan satu ayat dari Al-Qur’an yang tidak saya pahami dan tidak ada seorangpun yang bisa mengajarkannya kecuali orang yang berada di Barkul Ghamad yang jaraknya 5 malam perjalanan dari Mekah, niscaya aku akan menjumpainya.” Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, 9/100Zaman dahulu dengan keterbatasan sarana transportasi, sulitnya medan, dan jauhnya perjalanan bukan penghalang untuk rihlah mencari ilmu syar’i. Terlebih lagi saat ini, dengan segala fasilitas yang kian canggih dan transportasi mudah harusnya kaum muslimin lebih bersemangat mencarinya dan apapun usahakan untuk meluangkan waktu belajar agama. Bisa lewat online atau offline sesuai kemampuan fisik dan waktu yang kita miliki. Kuncinya semua butuh kesabaran pula seorang penuntut ilmu hendaknya sabar dan bijak dalam berinteraksi dengan gurunya. Karena mereka juga manusia biasa mungkin terkadang salah ataupun sikapnya kurang tepat sehingga hubungan dengannya kurang harmonis. Janganlah kendor semangatnya dan berupaya lebih lapang dada. Allah Ta’ala berfirmanوَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا“Dan bersabarlah engkau Muhammad bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” QS. Al Kahfi 28.Terkadang sikap keras guru itu bertujuan mendidik dan menempa mental murid atau menguji sejauh mana kecintaannya pada ilmu. Imam Syafi’i rahimahullah berkataإِصْبر على مُرِّ الجَفَا مِن مُعلِمٍّ فَإِنَّ رَسُوبَ العلمِ في نَفَرِتِهِ“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”.Semoga dengan uraian di atas Allah Ta’ala memberikan kesadaran kepada para penuntut ilmu atau orang yang mencintai ilmu syar’i untuk selalu tekun bergelut dengan agama. Dengan mengingat-ingat pahala yang besar, atau ilmu itu jalan menuju surga, dan berbagai keutamaan lainnya ketika menuntut ilmu syar’i niscaya semua rintangan akan terasa ringan.***Penulis Isruwanti Ummu NashifaReferensi 1. Majalah As Sunnah, edisi 08/ Tahun XXV/ 1443 H 2. Majalah As Sunnah, edisi 09/ Tahun XXV/ 1443 H
Kisahkisah Ahli Ilmu terdahulu. #Kisah HASAN AL BASRI Telah datang berita gembira kepada istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu Salamah, bahwa budaknya yang bernama Khairah telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Ummul Mukminin hanyut dalam kegembiraan dan wajahnya tampak ceria dan berseri-seri.
Bersabar di Jalan Thalabul IlmiMeninggalkan Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuCatatan kakiBersabar di Jalan Thalabul IlmiDari berbagai artikel yang telah dipublikasikan sebelumnya, kita telah memahami tentang keutamaan dan urgensi menuntut ilmu agama ilmu syar’i. [1] Setelah jelas bagi kita tentang keutamaan dan kenikmatan meraih ilmu syar’i [2] serta pahala yang Allah sediakan bagi para thalibul ilmi penuntut ilmu, penulis sangat berharap bahwa hal ini dapat mendorong pembaca semuanya untuk semakin giat dalam thalabul ilmi menuntut ilmu agama. Hendaklah kita menjadi orang-orang yang bersabar di jalan thalabul ilmi. Jangan sampai mudah merasa jenuh dan bosan, karena inilah salah satu adab dalam thalabul Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqomah dalam belajar, maka sesungguhnya dia akan meraih pahala orang yang bersabar pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain.” [3]Salah satu sebab yang membantu kita untuk menuntut ilmu adalah tidak pernah mengenal rasa letih dan terus-menerus dalam menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Seorang penuntut ilmu seharusnya mengerahkan kesungguhannya demi meraih ilmu dan bersabar di atasnya. Kemudian menjaga ilmu itu setelah mendapatkannya. Karena ilmu itu tidaklah didapat dengan badan yang bersantai-santai saja. Seorang pelajar haruslah menempuh seluruh jalan menuju ilmu. Dan dia akan diberi pahala atas hal itu. Karena adanya hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam Shahih Muslim bahwa beliau bersabda,’Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.’” [4]Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba untuk menempuh jalan menuju mata air ilmu, jangan pernah merasa letih bosan. Bertahanlah!! Bersabarlah!! Karena di sana ada mata air ilmu yang mengalir jernih, yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang mendatangi dan meminumnya. Sungguh kenikmatan yang hakiki. Namun sayangnya, sedikit sekali di antara kita yang Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuMata air ilmu ini tidaklah kita dapati di sembarang tempat. Terkadang kita harus berjalan dari satu tempat ke tempat lain demi berburu ilmu. Meninggalkan kampung halaman menuju suatu negeri yang jauh demi mendapatkan ilmu. Perjalanan inilah yang merupakan salah satu sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih bin Ishaq hafidzahullah berkata,”Di antara sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu adalah mengadakan perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain dengan maksud untuk bertemu dengan para ulama Rabbani, mengambil ilmu langsung dari mereka, duduk dengan meraka dan mengambil faidah dari mereka. Terdapat dalil-dalil dari syariat yang mendorong dan memotivasi kita untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ini.” [5] Ini pula yang telah dicontohkan oleh para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka tidak segan-segan untuk menempuh suatu perjalanan yang jauh demi bertanya tentang عُقْبَةَ بْنِ الحَارِثِ، أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنِّي قَدْ أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ مَا أَعْلَمُ أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ» فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُDari Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu, sesungguhnya beliau menikah dengan anak perempuan dari Abu Ihab bin Aziiz. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya seraya berkata,”Sesungguhnya aku telah menyusui Uqbah dan wanita yang dinikahinya!” Maka Uqbah berkata kepadanya,”Aku tidak tahu kalau Engkau menyusuiku dan Engkau pun tidak memberi tahu aku”. Uqbah kemudian pergi dari Makkah menemui Rasulullah di Madinah. Uqbah bertanya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Bagaimana lagi, sudah dikatakan demikian”. Uqbah pun menceraikan istrinya, dan menikah dengan wanita yang lainnya. [6] Lihatlah semangat Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menanyakan suatu permasalahan bin Qais An-Nakha’i dan Aswad bin Yazid An-Nakha’i rahimahumallah –keduanya penduduk Irak- mendengar hadits dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu di Madinah. Mereka berdua tidak merasa puas sehingga mereka pergi ke Madinah dan mendengar hadits tersebut langsung dari Umar. [7] Para ulama salaf dulu pun rela menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan demi meraih ilmu. Mereka rela berjalan berpuluh-puluh kilometer, dari satu negeri ke negeri yang lainnya demi mencari satu hadits. Kesulitan, penderitaan dan berbagai rintangan yang mereka dapatkan tidaklah mereka rasakan karena adanya kenikmatan ilmu yang berhasil mereka raih. Sungguh indah hidup ini, jika diisi dengan semangat untuk belajar, mencari ilmu dan melakukan berbagai amal ketaatan. Itulah kebahagiaan yang mereka dapatkan, surga mereka di dunia ini. Dan jika kita benar-benar mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepada mereka berupa ilmu dan amal shalih, niscaya kita akan berusaha merebutnya dengan mengerahkan seluruh kemampuan kampung halaman untuk menuntut ilmu merupakan salah satu perhiasan yang harus ada dalam diri seorang penuntut ilmu dalam kehidupan ilmiyyahnya. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang tidak pernah pergi untuk menuntut ilmu, maka dia tidak akan didatangi untuk didatangi diambil ilmunya. Barangsiapa yang tidak pernah pergi dalam masa belajarnya untuk mencari guru serta menimba ilmu dari mereka, maka dia tidak akan didatangi untuk belajar darinya. Karena para ulama dahulu -yang telah melewati masa belajar dan mengajar- mempunyai banyak tulisan, karya ilmiyyah, dan pengalaman yang sulit ditemukan di dalam kitab.” [8][Bersambung]***Selesai disusun di pagi hari, Masjid Nasuha Rotterdam NL, 14 Jumadil Akhir 1436Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,Penulis M. Saifudin HakimCatatan kaki[1] Bisa dibaca kembali beberapa artikel berikut ini Silakan dibaca kembali artikel berikut Kitaabul Ilmi, hal 41.[4] Kitaabul Ilmi, hal 60.[5] Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal 220.[6] HR. Bukhari no. 88.[7] Syarh Alfiyyah, 2/226 karya Al-Hafidz Al-Iraqi rahimahullah. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal. 221.[8] Hilyah Thaalibil Ilmi. kisahhikmah penuntut ilmu. Tag : kisah hikmah penuntut ilmu. HIKMAH KEISLAMAN BERKHIDMAT SEBAGAI PEMIMPIN. admin May 21, 2022 May 11, 2022. by admin May 21, 2022 May 11, 2022 0 33. Oleh Ust. Hilmi Fuad, M.Ag. “Salah satu cara berkhidmat adalah menjadi pemimpin!”, ujar Kyai Mursyid. “Apakah hal ihwal kepemimpinan dapat kita temukan dalam JAKARTA - Jabir bin Abdullah sangat tertarik dengan sebuah hadis yang menggambarkan suasana Padang Mahsyar. Ahli hadis terkemuka pada abad ke-1 H itu pun mencoba menelusuri kebenaran sabda Nabi SAW itu. Sayangnya, orang yang meriwayatkan hadis itu telah hijrah dan menetap di Syam kini Suriah. Padahal, Jabir menetap di Hijaz, sekarang masuk wilayah Arab Saudi. Periwayat hadis itu tak patah semangat. Jarak antara Hijaz dan Syam yang begitu jauh, tak menciutkan tekadnya untuk menelisik kebenaran hadis itu. Jabir lalu membeli sebuah unta. Ia pun mengarungi ganasnya padang pasir demi mencapai Syam. Perjalanan menuju kota itu tak cukup sepekan. Ia menghabiskan waktu selama satu bulan untuk bertemu sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis yang ingin diketahuinya. Kisah yang termuat dalam kitab al-Adab al-Mufradkarya Imam Bukhari itu, menggambarkan betapa seriusnya para ulama pada zaman dulu dalam mengejar ilmu dan kebenaran. Jarak yang jauh tak menjadi halangan. Jabir merasa bertanggung jawab untuk mengungkap kebenaran dari sebuah hadis yang diketahuinya. Ia mengaku khawatir tak akan cukup umur bila tak segera membuktikannya. Begitu banyak kejadian luar biasa yang dialami oleh para ulama saat mereka menuntut ilmu. Bahkan, adakalanya peristiwa yang dialami para ulama itu di luar kemampuan nalar manusia. Peristiwa yang mereka hadapi pun cukup beragam. Kadang kala, berupa kejadian fisik, bisa pula nonfisik. Beragam peristiwa dalam kehidupan dicatat oleh para ulama melalui karya-karya mereka. Kisah-kisah tentang pengalaman dan peristiwa yang dialami para ulama, seperti kisah perjalanan Jabir dari Hijaz menuju Syam, tertuang secara apik dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abdul Fattah Abbu Ghaddah. Dalam kitabnya, Abu Ghaddah mengangkat peristiwa dan pengalaman hidup para ulama. Boleh jadi, tema yang diangkat ulama dari tanah Arab itu belum pernah disentuh oleh sejumlah penulis, bahkan ulama salaf zaman dulu sekalipun. Melalui kitabnya yang sederhana itu, Abbu Ghaddah berupaya menggambarkan keteladanan dan ke sungguhan para ulama pada zaman dulu dalam mencari ilmu. Harapannya, tentu saja agar dicontoh generasi Muslim di era modern ini. Abu Ghaddah mengaku, menulis kitab itu bukan tanpa alasan. Semua berawal dari rasa penasaran dan rasa ingin tahunya tentang kiprah ulama dalam mencari ilmu. “Apa tujuan dan manfaat para ahli fikih membahas kasus-kasus yang dalam hitungan akal sehat—atau bahkan, menurut fakta sehari-hari dan kacamata agama—tak pernah dan tak mungkin terjadi?’’ ujarnya. Dalam istilah fikih, kerap disebut dengan fikih nawadir. “Apa gunanya mereka para ulama bersusah payah?” tulis Abu Ghaddah. Dari rasa penasaran itulah, ia melakukan penelusuran. Ia dibuat takjub ketika membaca karya Jurji Zaidan yang berjudul Ajaib Al-Makhluqat, sebuah buku yang mengisahkan tentang keunikan dan peristiwa luar biasa dari makhluk yang hidup di alam semesta. Terlebih, dalam buku itu sang penulis menyertakan beberapa gambar untuk memperkuat informasi yang disajikan. Satu pernyataan Abu Ghaddah pun terjawab. Ternyata, apa yang dibahas oleh para ulama di berbagai disiplin ilmu itu adalah salah satu dari fenomana yang ada di alam semesta. Abu Ghaddah merasa, betapa seorang ahli fikih pada zaman dulu mampu memprediksikan dan membahas kasus-kasus lalu menjelaskan hukumnya. Sebuah langkah besar yang tentu memerlukan kesungguhan dan ketelatenan. Konkretnya, tema ini sengaja dipilih oleh Abu Ghaddah tatkala tempatnya mengajar memberikan amanat kepadanya untuk mem berikan pelajaran dan ceramah umum pada Fakultas Syariah di Universitas Ibnu Su’ud, Riyadh. Tema utama yang mesti dikupas dalam ceramahnya tersebut sepu tar kondisi saat para ulama dan cendekiawan Muslim masa dulu sewaktu mencari ilmu. Abu Ghaddah mengelompokkan bentuk kesungguhan para ulama dalam dunia keilmuan ke dalam enam aspek yang berbeda. Pertama, ia mengelompokkan kisah-kisah ke tangguhan para ulama untuk melakukan “wi sata ilmu” atau rihlat fi thalab al ilm. Ke dua, ia menceritakan tentang keseriusan pa ra ulama dengan meninggalkan segala ben tuk kenikmatan, baik tidur di waktu siang dan malam hari, maupun rasa nikmat lainnya. Ketiga, kesabaran dan penerimaan mereka terhadap kondisi perekonomian dan sulitnya hidup. Keempat, Abu Ghaddah menceritakan ketangguhan para ulama untuk menahan lapar dan dahaga selama menuntut ilmu. Kelima, para ulama yang kehabisan bekal dan ongkos saat menuntut ilmu dan perjuangan mereka dalam keterasingan. Keenam, mengisahkan tentang kesulitan yang dialami oleh para ulama tatkala buku mereka raib atau hilang, dicuri, serta terbakar. Bersusah payah Selain menceritakan kisah perjalanan Jabir Abdullah, dalam kitabnya, Abu Ghaddah juga mengutip cerita Ali bin al-Hasan bin Syaqiq yang mengisahkan perjuangannya saat menimba ilmu kepada gurunya bernama Abdullah bin al-Mubarok. Ali mengungkapkan, ia sering kali tak tidur di malam hari. Pernah suatu ketika, sang guru mengajaknya ber- muzakarahketika malam di pintu masjid. Padahal, saat itu cuacanya sangat tidak bersahabat. Udara dingin menusuk tulang. Ia bersama sang guru berdiskusi sampai waktu fajar tiba, tepat saat muazin mengumandangkan azan. Kegigihan lainnya ditunjukkan oleh Abdurahman bin Qasim al-Utaqa al-Mishr, seorang sahabat Malik dan Laits. Tiap kali menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Malik bin Anas, dia mendatangi Malik tiap waktu sahur tiba. Agar tak kecolongan, Ibnu al-Qasim tiba sebelum waktu sahur. Tak jarang Ibnu al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Malik. Bahkan, karena terlalu lelap tidur, Ibnu al-Qasim sering tidak mengetahui bahwa Malik telah keluar rumah menuju masjid. Suatu ketika, kejadian itu terulang sampai pembantu Malik menendangnya dan berkata, “Gurumu telah keluar meningalkan rumah, tidak seperti kamu yang tertidur.” Seorang hakim terkemuka dari Mesir, Abdullah bin Lahiah, punya kisah tersendiri. Ia dikenal sebagai ahli hadis yang banyak mempunyai riwayat. Pada 169 H, ia tertimpa musibah. Buku-buku catatannya terbakar. Peristiwa ini cukup memukul Ibnu Lahiah. Betapa tidak, akibat kejadian itu, ingatan dan kekuatan hafalan hadisnya mulai berkurang. Sejak saat itu, banyak terdapat kesalahan dalam keriwayatannya. Sebagian pakar dan ahli hadis menyimpulkan, riwayat-riwayat yang diperoleh dari Ibnu Lahiah sebelum peristiwa terbakarnya buku-buku itu dianggap lebih kuat jika dibandingkan dengan riwayat yang diambil dari Ibnu Lahiah pascakebakaran tersebut. Merasa prihatin dengan kejadian itu. Al-Laits bin Sa'ad al-Mishri memberi uang sebesar dinar koin emas kepada Ibnu Lahiah. Namun, bagi para ulama, uang tak dapat menggantikan buku yang berarti sahabat dan teman hidup bagi mereka. Dalammenuntut ilmu ada kaedah dan ketentuan yang harus diperhatikan oleh setiap abdi ilmu, terlebih ilmu syariat agama. Bagi para penuntut ilmu tentunya tak asing dengan salah satu syair Imam Syafi’i yang berisi petuah bagi para penuntut ilmu, “Saudaraku, kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan home menuntut ilmu Muslimah Senin, 30 Januari 2023 - 0705 WIB Pendidikan bagi wanita dalam Islam sangat ditekankan. Dalam Al-Quran dan Hadis tidak ada larangan menuntut ilmu bagi kaum wanita. Bahkan Islam mewajibkan wanita menuntut ilmu. Hikmah Minggu, 09 Oktober 2022 - 1450 WIB Kisah Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar asy-Syibli membeli ilmu dari Abul Qasim al-Junaid diambil dari buku The Revelation of the Veiled. Ini adalah tentang kisah masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid. Tausyiah Sabtu, 17 September 2022 - 1404 WIB Dalam Islam, kesuksesan mencari ilmu bisa diukur melalui sejauh mana ilmu yang diperolehnya memiliki keberkahan dan manfaat baik bagi diri sendiri atau orang lain. Tausyiah Rabu, 31 Agustus 2022 - 1254 WIB Seorang muslim harus punya target dalam hidupnya. Hindari hidup yang mengalir begitu saja karena sesuatu yang mengalir pasti mengalir dari atas ke bawah. Karena itu harus semangat dan punya target dalam hidup. Tips Selasa, 23 Agustus 2022 - 1648 WIB Keberkahan ilmu yang diperoleh akan diketahui dari peningkatan amal shaleh pada diri seorang muslim. Jika sudah dapat ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, itu adalah tanda kita tidak mendapat keberkahan ilmu. Tausyiah Minggu, 21 Agustus 2022 - 2318 WIB Bagi santri yang mendalami ilmu syariat Islam, perlu mengetahui hal-hal yang menjadi sebab memperoleh ilmu. Dalam syariat, menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Tausyiah Jum'at, 05 Agustus 2022 - 1500 WIB Orang yang berbicara dalam agama ini dengan tanpa ilmu, menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyimpangan -penyimpangan dalam agama. Begini penjelasannya. Tausyiah Minggu, 19 Juni 2022 - 1750 WIB Tuntulah ilmu sekalipun di negeri China. Begitu kalimat yang disebut banyak dai sebagai hadis. Para ulama ahli hadis justru menyebut kalimat tersebut bukan hadis. Muslimah Jum'at, 15 April 2022 - 1148 WIB Salah satu amalan yang dapat dilakukan perempuan yang sedang haid saat bulan puasa ini adalah mendengarkan kajian atau majelis taklim sebagai ikhtiar menuntut ilmu Hikmah Jum'at, 18 Februari 2022 - 1730 WIB Dikisahkan, seorang ulama berwudhu 17 kali dalam semalam demi mendapatkan cahaya ilmu. Kisah ini memberi kita pelajaran bahwa pentingnya menjaga wudhu. Tips Kamis, 13 Januari 2022 - 0854 WIB Beragam tipu daya setan untuk menggoda manusia banyak sekali, salah satunya dengan cara talbis dan ghurur. Talbis adalah menampakkan kebatilan dalam bentuk kebenaran,sedangkan ghurur adalah kejahilan. Tausyiah Selasa, 28 Desember 2021 - 2251 WIB ika ingin menjadi orang yang dicintai dan dimuliakan Allah Azza wa Jalla, maka jadilah seorang penuntut ilmu. Berikut alasan mengapa penuntut ilmu dimuliakan Allah. Tausyiah Jum'at, 10 Desember 2021 - 2322 WIB Abah Guru Sekumpul wafat 2005 adalah ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan. Berikut kalam beliau tentang ilmu yang patut kita jadikan iktibar. Hikmah Senin, 29 November 2021 - 2152 WIB Semangat Ulama Salaf terdahulu patut diapresiasi karena semangat mereka menimba ilmu. Mereka benar-benar luar biasa karena punya banyak guru yang jumlahnya mencapai ribuan. Tausyiah Kamis, 25 November 2021 - 2248 WIB Semasa masih nyantri dan hendak belajar kepada gurunya, Imam An-Nawawi memiliki akhlak dan kebiasaan mulia yang dapat kita tiru. Berikut akhlaknya. Muslimah Senin, 22 November 2021 - 1352 WIB Menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap kaum muslimin dan muslimat, lelaki maupun wanita, seperti yang disampaikan dalam sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Tips Jum'at, 08 Oktober 2021 - 1459 WIB Bacaan doa sebelum belajar dan sesudah belajar, sangat baik kita ajarkan kepada anak-anak. Doa-doa pendek ini, akan memudahkan, anak-anak kita dalam menerima pelajaran atau ilmu. Tausyiah Senin, 04 Oktober 2021 - 1537 WIB Ustaz Hamdan Nasution Attantisy mengatakan, Mencintai guru adalah sesuatu yang wajib. Namun, dicintai guru adalah sesuatu yang istimewa. Tausyiah Kamis, 30 September 2021 - 2242 WIB Bagaimana cara belajar Islam agar tidak salah jalan? Jawabannya sederhana, belajarlah sesuai ahlus sunnah yang benar dan ambillah ilmu dari guru bersanad dan bermazhab. Muslimah Minggu, 26 September 2021 - 0510 WIB Orang yang mengajarkan ilmu, menjadi seorang guru, baik guru dalam ilmu agama maupun ilmu dunia mempunyai keutamaan begitu besar. Sebaliknya orang yang enggan membagikan ilmu yang dimilikinya justru akan merugi. 9 Lemahnya iman, 10) Menyendiri, dan tidak mau bergabung dengan saudara seiman yang lainnya, saling tolong menolong dalam kebaikan, 11) Lemahnya pendidikan Kisah Baqi' bin Makhlad, Sang Penuntut Ilmu Sejati Kisah Pencari Ilmu Yang Sejati Source Pada suatu hari Baqi’ bin Makhlad melakukan perjalanan dari Andalus menuju Baghdad dengan berjalan kaki, melewati daratan, lautan, serta gunung–gunung. Ketika itu umur beliau baru 20 tahun. Tujuan beliau melakukan perjalanan tersebut adalah untuk bertemu dengan Al-Imam Ahmad bin Hambal dan menuntut ilmu darinya. Tatkala beliau mendekati Kota Baghdad ternyata sampai kepadanya kabar tentang ujian yang menimpa Al-Imam Ahmad bin Hambal. Dikarenakan beliau rahimahulloh tidak mau berpendapat bahwa Al Qur’an adalah makhluq. Sampai pula kabar bahwa Al-Imam Ahmad dilarang untuk mengajar dan mengadakan majelis pengajian, beliau dipaksa untuk tinggal di rumahnya. Kemudian Baqi’ berkata “Akupun bersedih dengan kesedihan yang sangat karena hal itu. “ Akan tetapi Baqi’ tetap meneruskan perjalanannya. Setibanya beliau di Baghdad, beliau meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid Al Kabir🕌 Masjid Agung yang ada di Baghdad. Kemudian beliau pergi mencari rumah Imam Ahmad, maka ditunjukkanlah kepada beliau rumah Imam Ahmad. Kemudian beliau mengetuk pintu rumah dan Imam Ahmad pun membukanya. Baqi’ berkata kepada Imam Ahmad “Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu, tidaklah aku melakukan perjalanan ini kecuali kepadamu.” Kemudian Imam Ahmad bertanya “Di manakah tempat tinggalmu❓" Baqi’ menjawab “Di Barat jauh, aku mengarungi lautan dari negriku menuju ke Afrika.” Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya tempat tinggalmu jauh sekali, dan aku ingin membantumu akan tetapi keadaanku seperti ini, sedang diuji dan ditahan dirumahku.” Maka Baqi’ berkata, “Wahai Abu Abdillah kunyah Imam Ahmad … aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang mengenaliku, jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari akan tetapi dalam bentuk seorang pengemis. Kemudian aku ketuk pintu rumahmu aku meminta shadaqah. Kemudian engkau membacakan kepadaku walaupun satu hadits dalam sehari.” Maka Imam Ahmad berkata “Baiklah … Engkau boleh seperti itu tetapi dengan syarat engkau tidak menceritakan keadaanmu itu kepada Ashhabul Hadits para pencari hadits yang lain, karena nanti mereka akan iri kepadamu” Maka Baqi’ berkata “Aku bawa sebatang kayu di tanganku dan aku balut kepalaku dengan kain kemudian aku masukkan kertas dan penaku di kantong bajuku. Kemudian aku pergi menuju rumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu rumahnya dan berteriak meminta shadaqoh “Shadaqah rahimakumullah‼️" Maka kemudian Imam Ahmad keluar menemuiku dan memasukkanku ke rumahnya dan mengunci pintu rumah, kemudian membacakan kepadaku dua atau tiga hadits sehingga terkumpul padaku 300 hadits.” Kemudian suatu hari Allah menghilangkan ujian yang menimpa Imam Ahmad dan diizinkannya beliau untuk mengajar dan mengadakan majelis-majelis taklim. Maka, apabila aku datang di majelis beliau, maka beliau memerintahkan untuk meluaskan tempat duduk untukku dan mendudukkanku di sampingnya. Beliau berkata kepada muridnya, “Ini adalah seorang yang pantas dikatakan “Tholibul Ilmu” penuntut ilmu agama yang sebenarnya.” Kemudian beliau menceritakan kisahku kepada mereka.. -selesai- Referensi Kitab Waratsatul Anbiya’, Asy Syaikh Abdul Malik bin Muhammad Qasim, Hal. 63 – 64. Demikianlah, dengan kepayahan dan rintangan serta semangat yang besar barulah seseorang dikatakan sebagai THALIBUL IMLI Penuntut Ilmu yang sebenarnya. Lantas bagaimana dengan kita⁉️ Admin Almanshuroh Mujur Diposting ulang oleh Sumber Dipublikasikan di situs 19 Jumadil Akhir 1437/26 Maret 2016
\n \n\n \n kisah seorang penuntut ilmu
NabilAsyura Top Skor AFF U-16 dan Kisah Pilu Orangtuanya. Sejak pertama kali Timnas Indonesia U-16 tampil melawan Filipina, Minggu (31/7/2022) pada Turnamen Piala HikmahKISAH – KISAH PENUNTUT ILMU (2) MENGULANG-ULANG MEMBACA SUATU KITAB HINGGA BERKALI-KALI Al-Muzani berkata: Aku telah membaca Berkenaandengan hal ini, Syaikh Muhammad al Mar’ asyi pernah berkata: “Tajwid al-Qur’an terkadang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu dengan cara musyafahah (secara lisan) dari Syaikh mujawwid (ahli tajwid) dengan tanpa mengenal permasalahan – permasalahan ilmu ini, bahkan musyafahah menjadi landasan dalam mendapatkannya. tCpaWc.
  • 7937l18j6x.pages.dev/92
  • 7937l18j6x.pages.dev/134
  • 7937l18j6x.pages.dev/238
  • 7937l18j6x.pages.dev/322
  • 7937l18j6x.pages.dev/119
  • 7937l18j6x.pages.dev/28
  • 7937l18j6x.pages.dev/183
  • 7937l18j6x.pages.dev/418
  • kisah seorang penuntut ilmu